Jumat, 14 Juni 2013

Healing Krisis

Oleh Jimmy Scott, Ph.D.
Dalam menjalani program perawatan Nutrisi bagi masalah-masalah kesehatan, banyak orang mengalami kesan-kesan yang tidak nyaman. Ini dikenal sebagai reaksi penyembuhan. Kesan yang paling kerap dilaporkan oleh pasien saya adalah kekurangan tenaga yang sementara dan juga kelesuan. Mereka tidur lebih lama kadangkala hingga 12 jam.
Sebagian orang mengeluh sakit-sakit anggota badan, gangguan pencernaan seperti banyak buang angin, sembelit, buang-buang air besar, muntah, ruam, sakit tekak, demam dan sebagainya.
Kesan-kesan ini berlaku sebab tubuh badan sedang di dalam proses mengeluarkan bahan-bahan toxic; bukan sekedar bahan-bahan yang sudah terkumpul di dalam usus, malah juga bahan-bahan yang sudah terkumpul di dalam setiap sel, menganggu sistem fungsinya.
Sambil bahan-bahan toxic ini dikeluarkan dari tisu-tisu-nya dibuang ke dalam sistem badan menjadikan tubuh bertambah toxic untuk sementara waktu sehingga ia dapat dikeluarkan langsung dari tubuh badan. Sebagian dari proses ini menghasilkan reaksi kesan menyembuhan. Kesan ini diperberatkan lagi dalam proses tubuh yang sedang menggantikan tisu-tisu dan sel-sel rusak, memusnahkan sumber atau agen-agen infeksi yang kalau dibiarkan akan mengahasilkan ampas dalam proses pembinaan tersebut.
Saya dapati bahwa lebih banyak toxic yang berada dalam tubuh seseorang itu, maka lebih kuatlah reaksi penyembuhannya. Oleh karena reaksi penyembuhan berlaku akibat pencucian toxin keluar dari sel, kekuatan reaksi yang bergantung pada berapa tekun dan teliti seseorang itu mengikuti program therapy Nutrisi. Lebih teliti program ini diikuti, maka lebih kuatlah pula kesan penyembuhannya.

MENGAPA KESAN LAMA SEPERTI TIMBUL KEMBALI?
Kadangkala dalam proses penyembuhan, kesan sakit yang lama datang kembali untuk sementara waktu. Mengapakah seseorang itu harus mengalami masalah-masalah lama dalam proses menjadikan tubuh badannya sembuh dan sehat? Saya percaya bahwa setiap kesan reaksi yang seseorang itu alami pada masa-masa tertentu bergantung pada keseimbangan bahan bio-kimia di dalam tubuh badannya. Contohnya, apabila seseorang itu benar-benar sehat, maka terdapat ratio keseimbangan antara bahan A dan bahan B di dalam tisu. Apabila ratio ini terkeluar dari keseimbangan pada tahap tertentu, seseorang itu akan merasa lesu. Apabila ketidak seimbangan itu menjadi lebih besar, pening akan berlaku; apabila, lebih besar lagi, ia akan mengalami kesukaran tidur dan sebagainya.
Satu sebab mengapa seseorang itu harus mengalami kesan-kesan reaksi sambil mereka menjadi semakin sehat adalah untuk merapatkan jurang ketidak seimbangan katakanlah dari 100:1 menuju ke 1:1 maka ia harus melalui proses 99:1, 98:1, dan seterusnya. Pada setiap tahap tersebut ia akan mengalami kesan² reaksi bergantung pada tahap mana ia sedang lalui.
Saya ingin menggambarkan reaksi penyembuhan sebagai menaiki tangga. Di tangga yang paling atas, tenaga makin seimbang, kesemua nutrient wujud dalam keseimbangan dan tubuh badan berfungsi dengan baik. Apabila tahap kesehatan seseorang itu sedang menurun, berarti ia sedang turun tangga dan setiap anak tangga yang dilalui akan membawa kesan-kesan seperti kurang tenaga. Apabila semakin menurun, pening dirasai, semakin menurun dan masalah semakin berat apabila semakin jauh kebawah ia turun. Apabila badan menjalani rawatan penyembuhan, seseorang itu mulai menaiki tangga-tangga itu semula dan akan mengalami kesan kesan reaksi dalam pendakian tangga-tangga tersebut.
Pengalaman salah seorang dari pasien saya telah menunjukkan contoh tentang perjalanan proses penyembuhan. Apabila Mona pertama kali datang ke klinik saya, ia berjalan dengan begitu sukar, timpang, merintih kesakitan sambil menggunakan tongkat keadaan arthritisnya (racun sendi) adalah tahap sangat berat dan wajahnya kelihatan 10 tahun lebih tua dari umurnya. Walaupun banyak cara rawatan yang mana telah dijalani dari pakar² kesehatan professional, namun keadaan penyakitnya tidak berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar